"Harusnya aku yang baca duluan," Bentak Mbah Alam kepada majikannya. "Gak boleh.. kan gue yang menang, wleeee," Gue bales. "Tapi kan.." Si Mbah memasang wajah melas yang malah lebih mirip upil kecoa, "Aku hamil.." "Yah.. yaaah.. kumat lagi deh. Iyadeh, nih nih!" Gue mengalah lalu mengasih buku DAMnya ke Mbah, "Tapi jangan lama - lama ya, gue mau review dulu di blog" "Oke, siap mbah dukun!" Si mbah hormat. "Lah, kan elu yang mbah dukun (?)""...."
*kemudianberojol*
Iya kemarin gue sempat ikut GA nya mas Adittya Regas bersama Raditeens Publisher yang berhadiahkan sebuah buku. Tentu saja buku yang ditulis langsung oleh Adittya Regas.
"Diary Anak Magang"
Judul : "Diary Anak Magang"
Tebal : Viii + 315 Hal
Penulis : Adittya Regas
Harga : Rp 49.000,-
Penerbit : Raditeens Publisher, Yogyakarta
ISBN : 978-602-1371-76-3
GA nya sangat simpel sih sebenarnya, yaitu membuat 1 twit yang berisikan tanggapan kita setelah melihat video yang sudah Raditeens upload di YouTube. Ini videonya.
Dan ini twit gue.
Mbah alam habis mandi wajib
Kabar gembiranya, gue lah yang jadi pemenang GA tersebut. Horeeee....!!
*hening*
Mandi wajib Mbah alam ternyata membawa berkah. Tepat seminggu setelah gue dinyatakan menang, akhirnya buku tersebut jatuh ketangan gue. Huahahahaha. Akan ku rebut warisannya~.
Menurut gue, buku Diary Anak Magang ini menceritakan kehidupan seseorang yang berstatus jomblo akut, pada saat dia menjalani masa mutlaknya sebagai seorang siswa SMK. Yaps. “MAGANG”. Masa dimana kalian anak SMA pasti tidak akan merasakannya.
Kasian deh lo. *ngacungin jari telunjuk, turunin kebawah dengan sedikit goyangan* eaaaa.
Tapi tunggu dulu sodara – sodara. Nggak semua hal yang berbau magang itu menyenangkan ataupun mengasyikan. Kadang magang itu adalah sesuatu yang menjadi neraka buat kita-kita anak magang. Entah itu karena tempat magangnya yang horror, atau bos nya yang galak, atau bisa juga karena sering cepirit kalo mau ke tempat magang. Nah semua itu terangkum jelas di Buku Diary Anak Magang ini.
Tapi pada keseluruhannya sih buku ini tidak hanya mencakup cerita tentang kisah magang si Adit, namun cerita tentang percintaan sang penulis pun juga terangkum disini. Penasaran kan ? Makanya beli dong bukunya. (Eaaa dit gue promosiin nih, ceban kali ah)
Untuk lebih jelasnya nih gue copasin sinopsis dari blog adittyaregas.com. Buka yaah.
Sinopsis:
Diary Anak Magang adalah sebuah cerita tentang seorang anak SMK yang rentan galau, bernama, Adit. Sebagai siswa SMK, Adit harus menjalani sebuah proses wajib yaitu, magang. Adit magang di sebuah perusahaan percetakan spanduk di tanah kelahirnya Banjarmasin. Setelah dua minggu menjalani proses magang, semuanya berjalan dengan lancar, sampai pada suatu hari Adit membuat sebuah masalah.
Spanduk yang harusnya dia desain bertulisan “Jasa Penitipan Anak” ternyata malah ditulis “Jasa Pembuatan Anak”. Ini membuat kakak pembimbing di tempat magang jadi marah besar, dan Adit sangat malu. Kesalah pertama di tempat magang disebabkan oleh pemasalahan dengan Dia (mantan pacar), yang membuat Adit jadi tidak konsen bekerja. Pada suatu hari, Adit diminta Bos untuk magang di salah satu percetakan cabang di Banjarbaru. Disana dia tidak sendiri, tapi bersama Azi-teman satu sekolah di SMP dan SMK- yang diam-diam masih menyukai sahabat kecilnya. Di tempat magang yang baru itu, Adit berharap bisa sibuk dengan aktifitasnya sebagai siswa magang dan bisa tidak memikirkan Dia, yang sudah menghancurkan pekerjaannya dan memilih dengan cowok lain.
Tapi sayanganya, perpindahan magang justru membuat Adit menderita dan mengalami hari-hari buruk di tempat magang. Mulai dari digrepe bencong, ketemu homo, perlakuan bos baru yang tidak nyaman, sampai Adit harus kehilangan HP-nya. Dan bukan hanya itu, perpindahan magang justru membuat Adit mengingat masa lalunya lagi.
Karena merasa tidak nyaman dengan keadaan tempat magang dan tidak bisa melupakan Dia. Adit, akhirnya memutuskan untuk kembali pindah ke tempat magang yang baru, mencari tempat magang yang nyaman dan mencari persinggahan hati yang nyaman juga.
Apakah perpindahan tempat magang yang baru kali ini akan membuat Adit nyaman atau justru malah makin menderita? Dan akankah Adit bisa move on dari sosok mantan pacar yang sudah menghantuinya hampir dua tahun?
Karena buku ini terdiri dari 18 bab, 315 halaman. Ya kali gue bakal nge-review semua halaman nya -__-. Gue bakal nge-review sebagian nya aja deh ya. Sebagian kecil. Keciiil beut.
Review Singkat:
Seragam Ungu dan Masa Lalu
Dalam bab pertama ini, Adit menceritakan tentang status nya sebagai siswa yang beralih menjadi mahasiswa. Berawal dari membereskan kamar nya yang sumpek dan bau, tiba-tiba Adit menemukan sesuatu yang meluncur dari buku yang sedang dibereskannya itu. Ternyata foto dia bersama teman-temannya sewaktu SMK. Adit pun seketika mengingat masa-masa sekolah dulu. Adit adalah mantan anak SMK di salah satu sekolah di kota Banjarmasin. Dia masuk dijurusan multimedia. Dengan kacamata dan rambut berponi dengan bagian tengah yang jabrik, Adit juga dikenal sebagai seorang pelajar yang culun dan tidak mempunyai teman waktu kelas satu. Kasian. Tidak lama setelah Adit memandangi foto tersebut, tiba-tiba hp Adit berbunyi, ada SMS masuk.
From: Mia Dit, jadikan keacara kawinan kak Aisah ?
Ternyata Adit sedang ada janjian dengan teman magangnya dulu untuk menghadiri pernikahan kak Aisah. Adit meng-iyakan dan segera mandi. Beberapa menit setelah membalas sms dari Mia, nyokap Adit muncul dari balik pintu.
“Adit, baju ini perlu dikasih ke Rama juga ? Kan kalian beda jurusan.” Melihat baju yang dibawa nyokap, Adit mendadak teringat sesuatu lagi. Sesuatu yang berhubungan dengan sms Mia yang sempat memanggilnya Adittyawati. Terbesit satu kata dikepala Adit. ‘MAGANG’.
Disinilah awal mulanya Adit mengingat masa magangnya yang suram. Mulai dari kejadian horor pas dipindahkan magang ke luar kota, di grepe bencong ruko sebelah, handphone nya hilang, sampai kesalahan nya sebelum dipindahkan tempat magang. Yaitu salah tulis saat disuruh mendesain spanduk, yang seharusnya bertuliskan “Jasa Penitipan Anak” eh si Adit malah nulis “Jasa Pembuatan Anak”. Kampret bener memang. Gue sampai cepirit dibagian ini.
Tempat Baru dan Perjuangan
Si Adit akhirnya mendapatkan tempat magang baru setelah genap 1 bulan ia magang di digital printing. Kini dia magang di Studio Photo Wedding. Dia juga meninggalkan teman magangnya selama di luar kota, Azi. Lalu kemudian bertemu dengan teman magang yang baru. Yaitu Rio, Cahyo, Ida, Rizkia, Ini, dan Mia. Adit berfikir akan merasa nyaman dan asik magang di tempat yang baru ini, namun Tuhan berkehendak lain. Adit fix menjadi babu, tukang disuruh suruh oleh bos dan sang istri yang kebetulan adalah anak dari sepupu nyokap nya Adit. Nasib sama jodoh beda tipis.
Namun dengan suasana seperti ini Adit merasa lega, setidaknya tempat ini tidak sehoror tempat magangnya kemarin. Adit berharap semoga tempat yang baru ini bisa membuat dia move on dari si ‘Dia’. Adik kelas sekaligus mantan pacarnya sewaktu smp.
Di tempat magang yang baru ini, Adit bertemu dengan teman magang yang asik walaupun kuping dia hampir tuli karena sering ribut dengan si Ida, juga suara alunan lagu KPop yang berdendang setiap harinya. Ya. Teman magang Adit yang cewe-cewe ternyata penyembah Kpop.
Dalam bab ini juga gue sempat angguk-angguk ketika membaca tulisan Adit yang menurut gue keren.
“Bagi gue magang adalah salah satu ujian hidup anak SMK, dimana lo bakalan dikasih dua pilihan : Bertahan lalu menderita, atau berhenti lalu menangis. Soalnya gak dapet sertifikat. Intinya magang itu menguji mental dan nyali kalian. Ujian teberat melebihi uji nyali di TV.”
Sandal yang Tertukar
Dalam bab ini ada percakapan yang menggunakan bahasa daerah Banjarmasin. Bahasa Banjar. Unik men, jarang gue nemu buku yang ada bahasa Banjar nya. Haha. Sesuai dengan judul ‘Sandal yang Tertukar’. Adit menceritakan tentang pengalaman nya saat melaksanakan sholat jum’at bersama teman magangnya, Rio dan Cahyo.
Sebelum menuju masjid. Adit, Rio, dan Cahyo mampir dulu ke kosannya Rio dan Cahyo untuk mengganti baju. Berhubung Adit tidak membawa sandal, akhirnya si Rio meminjamkan sandal satunya kepada Adit. Lalu kemudian beranjak pergi ke masjid yang jaraknya tidak jauh dari kosan mereka.
Singkat cerita setelah selesai sholat jum’at, Adit mengajak Rio dan Cahyo untuk makan, namun Cahyo menolak. Alhasil mereka berdua saja yang makan. Sesampai di tempat makan yang jaraknya tidak jauh juga dari kosan. Kemudian mereka duduk tepat bersebelahan dengan 2 orang preman.
Terdengarlah percakapan antara 2 orang preman tadi.
P1 : “Sial banget gue, loy!” P2 : “Kenapa lagi, bro?” P1 : “ Sudah ketiga kalinya sandal gue hilang! Masa sandal gue yang udah karatan diembat juga” P2 : “Dimana hilangnya?” P1 : “Di Masjid tadi, waktu kita sholat” (preman syariah) P2 : “Udah tenang aja, ntar kalau kita nemu orang yang pakai sandal lo, kita bikin mukanya kayak sandal”
Tidak lama setelah mendengar percakapan preman tadi. Tiba-tiba HP Rio berbunyi, ada telpon masuk. Ternyata telpon dari Cahyo. Dia tanya soal sandal. Katanya sandal hancur siapa yang ukurannya besar banget di kosan kamar. Seketika Adit menelan ludah, lalu kemudian pelan-pelan mengintip sandal yang dipakai sama preman tadi. Dan yaps. Sandal yang dipakai preman itu bertuliskan nama jelas, RIO.
Derita Anak Magang
Dalam bab ini, Adit menceritakan tentang hari terakhir dia magang. Ruangan yang biasanya ribut kini terasa sepi tanpa teman magangnya yang keluar lebih dulu. Dalam bab ini juga Adit mengakui sangat kehilangan Ida, wanita aneh yang selalu ribut dengannya tiap kali bertemu. Wanita aneh itu juga yang akhirnya bisa membuat Adit melupakan si ‘Dia’. Namun, apalah arti move on tanpa hubungan yang tak pasti. Adit belum berani mengungkapkan isi hatinya kepada Ida.
Hingga pada akhirnya Adit memberanikan diri untuk segera mengungkapkan isi hatinya kepada Ida. Tapi yang Adit terima malah petanyaan balik dari si Ida. “Kenapa ?”. Antara butuh penjelasan atau emang nolak. Adit pun dihantui kebingungan seiring dengan ditutupnya telpon oleh Ida karena suatu alasan.
Hidup itu memang sebuah panggung sandiwara, tapi kadang ceritanya tak seindah ending drama Korea, yang berakhir dengan pelukan dan ciuman hangat.
Ya kira-kira begitulah review singkatnya. Kalau mau yang lebih jelas dan komplit, silahkan beli di pom bensin terdekat. Nggak lah, tinggal cari info aja kesini. INI.
Karena gue juga mantan anak SMK yang pernah menjalani masa-masa "Magang". Setelah membaca buku DAM ini sampai habis, gue jadi keinget masa-masa magang gue dulu.
Magang pertama waktu itu pas masih kelas dua semester 2. Gue magang di salah satu Digital Printing di kota gue selama 3 bulan. Dilanjutkan dengan magang kedua. Gue sempet bingung waktu itu soalnya gue bakalan mengikuti lomba LKS Nasional di Jakarta saat bulan ke 3 waktu magang. Otomatis gue harus mendapatkan tempat magang yang sesuai dengan bidang lomba. Akhirnya gue direkomendasiin sama pembimbing gue (Ibu Kiki) untuk magang diluar kota. Tepatnya di Surabaya. Gue nggak mau sendirian, lalu gue ajaklah sahabat gue, Bimo. Yang sebagian cerita magang kami disana, ada diblog dia. Disini.
Landing at Juanda Airport
Cerita saat kami pertama kali masuk ke pesawat, bertemu alim ulama di bandara, mencari tempat kosan sampai-sampai si Bimo lelah karena pada saat itu puasa Ramadhan. Saat itu juga gue pertamakali ngerasain yang namanya LDR-an. Namun hati sempat sedikit kecewa karena gue nggak jadi magang ditempat yang sudah sekolah dan gue setujui. Karena jarak tempat magang gue dan kosan itu jauh banget. Alhasil gue magang ditempat yang sama dengan Bimo.
Tentunya tempat magang kami ini berbeda genre, beda banget. Perasaan dilema gue pun mulai bergejolak. Ah.. susah untuk dijelasin, men. Rasanya pengin cepat pulang. Gue nggak mau akhirnya ngecewain sekolah dan keluarga, apalagi sahabat gue, Bimo. Tapi mau gimana lagi, gue punya beban waktu itu. Hingga tidak genap sebulan gue memutuskan untuk cabut dari sana, kembali ke kota gue Banjarmasin. Bimo pun juga balik karena dia gak mau sendirian disana. Banyak kisah yang sudah kita lalui disana berdua. Ini kenapa kesannya gue homo-an banget sama Bimo ya -_-.
Berhubung kisi-kisi lomba juga sudah ada di sekolah, gue akhirnya magang ditempat kursus salah satu guru animasi gue. Kisi kisi ada ditangan gue, gue bakar terus gue minum abunya. Gue memang cerdas.
Sebenarnya masih banyak lagi kelanjutan cerita nya. Gimana perjuangan gue mengikuti lomba tanpa pembimbing, dikarenakan pembimbing gue pendarahan pas lagi di bis. Dan kejadian-kejadian absurd gue bareng kontingen Kal-Sel saat di Jakarta. Cuman karena postingan ini niatnya untuk Review buku "Diary Anak Magang" ya udah segitu aja deh ceritanya.
"Mbah, udah belum bacanya ?" Gue melihat kearah mbah yang lagi gelantungan diatas plafon sambil cengengesan. "Aku belum selesai bacanya, mas," Terdengar suara kecil dari mulut si Mbah, "mnmnmnnnbbbnsdasdjasnmsdsbdajsj" "Ini anak baca buku apa baca mantra," Gue akhirnya membegal si Mbah, dan merebut bukunya.
No comments:
Post a Comment